BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Sebenarnya Teknologi sudah ada sejak jaman dahulu,
yaitu jaman romawi kuno. Perkembangan teknologi berkembang
secara drastis dan terus berevolusi hingga sekarang. Hingga menciptakan
obyek-obyek, teknik yang dapat membantu manusia dalam pengerjaan sesuatu lebih
efisien, cepat dan menghasilkan suatu karya yang indah. Teknologi canggih saat
ini berkembang pesat, salah satunya dibidang perfilman.
Diera
globalisasi sekarang ini banyak sekali perfilman dengan kecanggihan teknologi
luar biasa dibandingkan dengan jaman dahulu. Seiring berkembangnya dunia
perfilman, semakin banyak film yang diproduksi dengan corak yang berbeda-beda.
Secara garis besar, film dapat diklasifikasikan berdasarkan cerita, orientasi
pembuatan dan berdasarkan genre.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana sejarah perkembangan teknologi film ?
2. Bagaimana kecanggihan teknologi film masa kini ?
3. Apa saja software pendukung yang biasa digunakan
dalam pembuatan film 3D ?
4. Apa saja hardware
yang digunakan dalam pembuatan film ?
1.3
Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana kecanggihan teknologi dalam
pembuatan sebuah film serta untuk
mengetahui apa saja software dan hardware yang diguanakan dalam pembuatan
sebuah film.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Sejarah
Perkembangan Teknologi Film
Menurut kamus besar bahasa indonesia,
film dapat di artikan dalam dua pengertian. Yang pertama, film merupakan sebuah
selaput tipis berbahan seluloid yang digunakan untuk menyimpan gambar negatif
dari sebuah objek. Yang kedua, film diartikan sebagai lakon atau gambar hidup.
Dalam konteks khusus, film diartikan sebagai lakon hidup atau gambar gerak yang
biasanya juga disimpan dalam media seluloid tipis dalam bentuk negatif.
Meskipun kini film bukan hanya dapat di simpan dalam media selaput seluloid
saja. Film dapat juga disimpan da di putar kembali dalam media digital.
Film adalah karya cipta seni dan
budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat
berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video,
piringan video, dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala
bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau
proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau
ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik, dan/atau lainnya.
Berkat kemajuan teknologi, dunia
perfilman semakin banyak kemajuan. Baik dalam kualitas jalan cerita maupun
kualitas gambar serta efek-efek yang disertakan. Pembuatan film juga semakin
mudah dilakukan, bahkan kita sebagai orang awam dapat membuat suatu film dengan
peralatan seadanya.
Sejarah
perkembangan film dimulai sejak ditemukanya gambar bergerak yang
didemonstrasikan oleh Eadweard Muybridge dari Stanford University
dengan membuat 16 gambar atau frame kuda yang sedang berlari. Kejadian ini
terjadi pada tahun 1878. Dari ke-16 gambar kuda yang sedang berlari ini
dirangkai dan digerakkan secara berurutan menghasilkan gambar bergerak pertama
yang berhasil dibuat di dunia. Dari sinilah ide membuat sebuah film muncul.
Sepuluh tahun setelah penemuan gambar bergerak (1888), barulah muncul film
(bukan sekedar gambar bergerak) pertama di dunia, paling tidak mendekati konsep
film-film yang sudah ada saat ini. Film ini dikenal dengan nama Roundhay Garden
Scene yang di’sutradarai’ oleh Louis Le Prince yang berasal dari Prancis.
Film berdurasi sekitar 2 detik ini menggambarkan sejumlah anggota keluarga Le
Prince sedang berjalan-jalan menikmati hari di taman.
Kira-kira
pada tanggal 28 Desember 1895, lumiere bersaudara (frere)
yaitu Louis dan Augustemempertunjukan cinematograph untuk
pertama kalinya kepada masyarakat paris di sebuah cafe hanya dengan membayar 1
franc. Jadi hingga saat ini hal itulah yang dianggap menjadi hari dimana sebuah
sinema itu ada. Pada awalnya film berupa gambar hitam putih, tanpa suara. Namun
seiring berkembangnya teknologi, kini film telah hadir dengan banyak warna dan
suara. Tidak hanya itu, kualitas gambar yang dihasilkan juga semakin bagus.
Penambahan efek semakin halus. Saat ini telah banyak industri perfilman yang
menghasilkan film dengan format 3D, sehingga kita dapat menikmati film secara
lebih nyata. Jalan cerita film tidak lagi kaku seperti dulu. Jalan cerita lebih
variatif dan cerdas, baik menceritakan kejadian fiktif maupun kisah nyata. Hal
ini mampu membuat penonton terbawa dalam alur cerita yang disajikan dalam film
tersebut. Kualitas suara semakin bagus dengan adanya teknologi digital sound.
Film-film
animasi telah banyak perkembangan. Efek visual yang dihasilkan hampir terlihat
seperti aslinya, .Terutama ketika efek animasi menampilkan gambar berupa
pemandangan alam. Kini banyak produsen film yang menghasilkan film animasi.
Dengan biaya yang tidak terlalu mahal dan peralatan yang tidak rumit, dapat
menghasilkan karya film yang menakjubkan.
Sejarah film tidak bisa lepas dari
sejarah fotografi. Dan sejarah fotograf tidak bisa lepas dari peralatan
pendukungnya, seperti kamera, kamera pertama di dunia di temukan oleh seorang
ilmuwan muslim, Ibnu Haitham. Fisikawan ini pertama kali menemukan kamera Obscura
dengan dasar kajian ilmu optik menggunakan bantuan energi cahaya matahari.
Mengembangkan ide kamera sederhana tersebut, mulai ditemukan kamera-kamera yang
lebih praktis, bahkan inopasinya demikian pesat berkembang sehingga kamera
mulai bisa digunakan untuk mereka menggambar gerak. Ide dasar sebuah film
sendiri, terpikir secara tidak sengaja. Setelah penemuan gambar bergerak
Muybridege pertama klalinya inovasi kamera mulai berkemang ketika Thomas Alfa
Edison mengembangkan fungsi kamera gambar biasa menjadi kamera yang mampu
mereka gambar gerak, sehingga kamera ini mulai bisa mereka objek yang bergerak
dinamis. Maka dimulailah era baru sinematografi yang ditandai yang
diciptakannya sejenis film dokumentar singkat oleh Lumiere bersaudara.
2.2
Kecanggihan Teknologi Film Masa Kini
1. Teknologi 3D
(tiga dimensi)
Teknologi 3D ada melengkapi kebutuhan para khalayak.
Khalayak dapat menonton sesuatu seperti melihat/merasakan apa yang sedang
terjadi didalam film tersebut (seperti masuk kedalam situasi sebenarnya). 3D tv
adalah salah satu perkembangan terbaru dari teknologi televisi digital.
Terdapat 2 teknologi dari 3D dari televisi, yaitu anaglyphic dan
electro-optical. Sebagian besar dari pecinta film sudah pamiliar dengan
proyeksi anaglyphic dimana kedua mata kanan dan kiri memproyeksi informasi pada
screen pada waktu yang sama. Teknologi ini sangat diminati khalayak, termasuk
masyarakat indonesia.
Pada saat para penonton film 3D harus mengenakan kacamata
polarisasi agar mereka dapat melihat efek tiga dimensi dari film yang mereka
lihat. Perkembangan juga terjadi pada pembuatan kacamata 3D yang
digunakan. Dalam film Avatar kacamata
polarisasi merupakan sebuah perkembangan dalam film 3D. Sebelumnya, kacamata
yang digunakan hanya menggunakan kacamata berlensa merah dan hijau. Berbeda
dengan kacamata untuk menonton film 3D, kacamata polarisasi terlihat bening
sama seperti kacamata biasa.
Film 3D menggunakan teknologi capture information,
cara membuatnya dengan menggunakan komputerisasi dari image aksi manusia yang
sesungguhnya. Film ini memungkinkan menggunakan studio yang merupakan
perumpamaan dari tempat dimana setting cerita dilakukan. Beberapa sutradara
membuat film 3D (tiga dimensi) dengan menggunakan kamera film dengan teknologi
terbaru yang bias menghasilkan gambar stereoscopic 3D.
Gambar stereoscopic merupakan gambar
dimana ketika kita melihat pada layar maka seolah-olah kita merasa bahwa gambar
tersebut sangat dekat. Metode pengambilan gambar 3D stereoscopic pertama kali
ditemukan oleh Sir Charles Wheatstone pada tahun 1840. Stereoscopy digunakan
banyak dalam photogrammetry serta didalam dunia entertainment melalui produksi
stereograms.
Software Pendukung yang Biasa
Digunakan dalam Pembuatan Film 3D
a)
3D Studio Max 7.0
Merupakan software grafik yang
memadukan antara Graphic Vector dengan Raster Image, untuk menghasilkan hasil
rancangan Virtual Reality atau mendekati keadaan yang sebenarnya.
b)
Adobe After Effects 7.0
Digunakan untuk membuat berbagai
efek pada sebuah animasi.
c)
Adobe Premiere Pro 2.0
Adalah seri terbaru dari Adobe
Premiere. Adobe Premiere Pro 2.0 merupakan program yang sangat popular dalam
dunia editing film. Dibuat oleh perusahaan software yang terkenal, yaitu Adobe.
Adobe Premiere Pro 2.0 dibuat untuk melakukan editing film dan juga untuk
membuat animasi video digital.
d)
Adobe Photoshop 9.0
Software
editing image yang sangat popular. Dibuat dengan fitur lengkap sehingga
menghasilkan karya image yang lebih handal.
Selain
kamera Virtual, James Cameron juga punya kamera jenis baru yang canggih,
namanya Fusion 3D Camera. Artinya sih hanya Fusion Camera, namun James Cameron
memodifikasi kamera tersebut hingga menghasilkan teknologi 3D Fusion Camera.
Dengan begitu, kamera bukan hanya mampu menangkap adegan dengan kualitas gambar
beresolusi tinggi, tapi juga format 3D makin detil. 3D Fusion Camera ini
terdiri dari 2 kamera yang digabung menjadi satu. Kamera ini bisa dibawa
kemana-mana oleh Cameron saat syuting sedang berlangsung. Cara kerja kamera 3D
sama dengan cara kerja mata manusia, kawan! Jadi sudut pandang lensa bisa
didekatkan untuk fokus ke obyek yang dekat dan begitu juga sebaliknya.
Hasilnya, gambar jadi lebih nyata!
Syuting Canggih Dengan Sensor
Kegiatan syuting film Avatar boleh dibilang canggih,
lho! Suku Na’vi dalam film Avatar enggak dibuat begitu aja lewat efek komputer.
Gerakan yang dilakukan suku Na’vi ini benar-benar dilakukan oleh aktor yang
terlibat di filmnya. Para aktor melakukan adegan yang direkam oleh 140 kamera
digital, kawan! Aktor juga dipasangi banyak kamera yang sangat sensitif di
tubuhnya, sehingga mampu menangkap gerakan aktor sedetil mungkin, termasuk
memakai kamera kecil yang diletakan di kepala untuk bisa merekam berbagai
ekspresi wajah dan gerakan di muka. Alhasil, ekspresi muka para aktor akan
terlihat sama dengan ekspresi suku Na’vi. Saat beradegan tidur pun, Sam
Worthington yang jadi pemeran Jake Sully tetap memakai kamera tersebut. Hal ini
dilakukan tentunya untuk mendapatkan ekspresi muka Na’vi yang lebih maksimal.
Kamera itu kemudian akan mengirimkan data yang terekam ke komputer pusat. Karena
direkam dengan banyak kamera, alhasil sudut pengambilan gambar pun jadi
banyak.
Cameron bisa melihat semua bagian
yang direkam menggunakan kamera virtual. Dari alat canggih ini dia memilih
sudut pandang gambar yang disukai. Serunya lagi, saat aktor sedang melakukan
adegannya, pada saat yang bersamaan di dalam layar kamera virtual Cameron
justru sudah terlihat suku Na’vi yang sedang melakukan adegan.
Kok
bisa, ya? Saat syuting adegan tersebut, aktor yang berperan dalam film ini
memakai pakaian yang dilengkapi dengan sensor. Sensor ini untuk mendeteksi
gerakan. Hasil rekaman dari sensor ini digunakan sebagai dasar gerakan suku
Na’vi dalam Avatar. Oya, selain itu di layar kamera virtual juga akan langsung
terlihat setting tempat seperti Pandora. Padahal pada kenyataannya enggak.
Wuih, keren!
2.
Teknologi CGI (computer Generated
Imagery)
Aplikasi computer grafis yang
diguanakan adalah Computer Generated Imagery (CGI). Beberapa software dari CGI
yang popular atau sering digunakan antara lain Maya, Blender, Art Of Illusion,
dll. CGI adalah penerapan bidang computer grafis, atau lebih khusus, grafis 3D
untuk efek khusus dalam film, program televisi, iklan dan simulasi umumnya, dan
media cetak. Dengan perangkat lunak ini bias diciptakan gambar 3D lengkap
dengan berbagai efek yang dikehendaki.
proses
pengerjaan gambar baik itu animasi maupun spesial efek yang dikerjakan dengan
komputer berteknologi canggih. Sehingga hasil kerjanya terlihat halus, serta
bisa menyatu dengan potongan gambar lain dalam sebuah film.
Aplikasi CGI ini memberikan kualitas
grafis yang sangat tinggi dengan efek yang lebih terkontrol daripada metode
konvensional seperti membuat miniatur untuk pembuatan adegan kecelakaan yang
dramatis atau menambah aktor figuran untuk menggambarkan suasana keramaian
penuh sesak.
Teknologinya pun berkembang sehingga
memungkinkan dalam sebuah adegan berbahaya, sang aktor digantikan oleh aktor
ciptaan komputer dengan perbedaan yang tidak kentara. Figuran yang diciptakan
dengan komputer seperti pada triloginya Peter Jackson, ”Lord of The Ring”, pun banyak dipakai untuk menciptakan adegan
keramaian penuh sesak, tentu dengan bantuan perangkat lunak simulasi.
Salah satu efek CGI dalam film yang kurang
dikenal, namun penting, adalah digital grading. Dengan efek ini
warna asli hasil shooting direvisi menggunakan perangkat lunak
untuk memberikan kesan sesuai dengan skenario. Contohnya wajah Sean Bean
(pemeran Boromir) dalam ”The Lord of the
Rings: the Two Tower” ketika mati dibuat lebih pucat. Jadi, tidak dengan
trik kosmetik, tetapi dengan polesan komputer.
Lantas, bagaimana dengan mimik wajah yang bisa
mengekspresikan perasaan haru, sedih, ataupun gembira pada tokoh ciptaan
komputer? Dalam pembuatannya, animasi komputer mengkombinasikan vektor grafik
dengan pergerakan yang sudah terprogram. Bagian-bagian utama seperti pada
wajah, tangan, kaki, dll terdiri dari sejumlah variabel animasi yang akan
dikendalikan dengan pemberian nilai tertentu untuk menampilkan ekspresi atau
mimik wajah yang dikehendaki.
Tokoh Woody dalam ”Toy Story” terdiri dari 700 variabel animasi dengan 100 variabelnya
sendiri untuk wajahnya saja. Jadi, tidak heran berbagai ekspresi wajah seperti
tertawa, terkejut, dan sedih bisa dibuat dengan mempermainkan 100 variabel
tadi.
3. Teknologi 4D
(empat dimensi)
Dalam pembuatan
animasi 3D kita bisa memakai bermacam-macam software 3D salah satunya CINEMA
4D
Cinema 4D adalah
software yang lengkap, untuk membuat animasi 3D dan relatif mudah digunakan dan
tingkat kualitasnya bagus dan animasinya hampir seperti nyata
Dalam dunia grafis ada
software komersial yang bernama Cinema 4D, software ini di ciptakan oleh
perusahaan Maxon yang ada di
jerman. Software
grafis ini termasuk dalam high-end 3D computer graphics, dengan kemampuan polygonal/subd
modelling, animating, lighting, texturing dan rendering, software ini di
gunakan oleh banyak perusahaan film untuk membuat film film berkualitas tinggi
4D pun kerap berkembang di dunia-dunia yang sedang
berkembang. 4D sangat diminati masyarakat, walaupun tidak dapat dinikmati di
rumah. Dengan menonton 4d, orang akan lebih merasakan apa yang terjadi pada
film tersebut karena 4D dikung oleh proyeksi lain yang bersentuhan dengan tubuh
kita, seperti simulator atau cpratan air. Perkembangan jaman ini secara nyata
membantu kita untuk lebih mengerti tentang sesuatu dan alur informasi menjadi
lebih cepat.
Cara sederhana untuk membuat efek pada suatu film, kita
dapat menggunakan 3D Max, lightwave, Cinema 4D, Maya, atau software yang gratis seperti Blender.
Software tersebut sebenarnya merupakan software 3D modelling yang juga bisa
untuk animasi. Selain software diatas ada beberapa software yang memang khusus
untuk keperluan animasi & visual effect movie yaitu Vue, Bryce, Poser, dan
DAZ Studio. Setelah animasi dan visual effect selesai selanjutnya dilakukan
kombinasi atau penggabungan antara visual effect yang biasa disebut
compositing. Software yang digunakan bisa dengan Apple Shake, Adobe After
Effects, Autodesk Combustion, D2 Software Nuke, Eyeon Digital Fusion, Jahshaka.
Namun untuk hasil yang lebih real atau nyata bisa menggunakan platform yang
mengkombinasikan solusi software & hardware. Platform tersebut bisa dengan
Autodesk Inferno, Autodesk Flame, dan Autodesk Flint.
Kini format film beserta kecanggihan yang disertakan tidak
hanya dapat kita nikmati melalui layar besar bioskop, tetapi juga dapat kita
nikmati pula dalam format VCD ataupun DVD. Dengan menggunakan peralatan home
theater, kita dapat menikmati film dirumah dengan kualitas seperti dibioskop.
Munculnya film-film animasi yang mana itu adalah hasil karya dari kecanggihan
teknologi komputer. Alat-alat produksi seperti kamera, komputer dll memiliki
ukuran yang semakin kecil dan semakin canggih sehingga memudahkan dalam
pembuatan film.
Screen shoot Cinema 4D
Cinema 4D untuk
Pembuatan Konsep Visual Promotheus
Cinema 4D, melalui
tangan digital artist Steven Messing, ikut berpartisipasi dalam produksi film
besutan Twentieth Century FOX, Prometheus. Software keluaran Maxon ini
digunakan dalam proses pembuatan konsep dan desain dalam visual effect dalam
film tersebut.
Steven Messing adalah penguna C4D veteran,
berperan sebagai Visual Effect Art Director di bawah supervisi Production
Designer film Promotheus, Arthur Max. Messing bertanggung jawab dalam membuat
desain set bangunan, environtment, kostum dan pesawat luar angkasa yang
digunakan dalam filim sci-fi tersebut. Selain itu, Messing juga membuat matte
painting pada film Promotheus tersebut. Film-film lainnya dimana Steven Messing
pernah terlibat adalah film Avatar, Alice in Wonderland, Transformers: Dark of
the Moon serta judul film yang akan datang, Life of Pi, Star Trek dan
Pirates of the Caribbean 5.
|
Prometheus, disutradarai oleh sutradara yang
juga membuat film Alien dan Blade Runner, Ridley Scott, menceritakan kisah
mitologis tentang sebuah tim penjelajah yang melakukan perjalanan menembus alam
semesta dengan pesawat ruang angkasa bernama “Prometheus” untuk menyelidiki
bentuk kehidupan asing. Ketika tim ilmiah tersebut terdampar di sebuah planet
asing, mereka berjuang untuk bisa bertahan hidup, bertempur dalam peperangan
yang mengerikan untuk menyelamatkan nyawa mereka sendiri, dan masa depan umat
manusia.
Kapabilitas Real-time C4D terbukti sangat
bermanfaat bagi Messing yang bertugas merancang dan mendefinisikan ulang
potongan set kompleks dari film Alien pertama dengan kualitas visual
kontemporer yang tetap bisa menarik bagi penonton film saat ini. Tugas Messing
termasuk merancang model CG untuk Prolog dan pesawat luar angkasa Juggernaut,
set ruang pilot yang terletak di dalam kapal Juggernaut dan bangunan yang
berada di permukaan planet aliens tersebut. Steven memproduksi sekitar 200
gambar untuk film ini, termasuk matte paintings, key-frame story boards,
set designs dan visual effects paint-overs pada final CG shots.
Messing menghabiskan waktu berminggu-minggu
untuk menyempurnakan model CG yang menggunakan UV texture displacement maps dan
modul MoGraph untuk membuat set ruang pilot yang baru. Termasuk juga menciptakan
skala model pusat ruang pilot, meja konsol, kapsul tidur dan dinding kamar.
Bersama seorang desainer lainnya, Ben Procter, Messing juga membantu
memperbaiki kursi pilot yang muncul dari tengah panggung yang ada di Juggernaut
tersebut.
“Kami mencari referensi dari arsip akademis
untuk membuat kursi tersebut seakurat mungkin,” jelas Messing “Tapi desain
aslinya telah hilang. Dan itu benar-benar pekerjaan yang menuntut dedikasi
untuk menciptakan seluruh rangkaian ini. Menggunakan C4D menjadi pilihan utama sebagai
perangkat lunak yang memberi kami solusi yang sangat fleksibel untuk
previsualizing dan bereksperimen dengan elemen desain yang sangat rumit, detail
tekstur permukaan dan pola-pola untuk dipresentasikan kepada Ridley Scott dalam
jadwal kerja yang sangat ketat.”
“Desain final yang telah selesai kemudian
dengan mudah diekspor ke geometry dengan skala yang akurat, dalam object model
yang detail untuk kemudian digunakan di studio efek visual seperti MPC di
London dan Weta di Selandia.”
C4D juga digunakan dalam shoot pembuka film
Prometheus yang memberikan penonton gambaran sekilas tentang bumi. “Lapisan
planet merupakan kombinasi awan, lautan, dan daratan benua. “jelas Messing.”
Saya menggunakan Global illumination engine and ray traced area shadows untuk
mendapatkan efek realistic layered dengan skala yang akurat.” Messing juga
menciptakan elemen-elemen untuk menciptakan tampilan permukaan planet alein
yang sangat detail.***
2.3
Hardware yang Digunakan dalam
Pembuatan Film
1.
Camera Digital (Kamera Video
Profesional)
Kamera video mungkin sudah tidak
asing lagi terdengar di telinga kita. Film, iklan, berita yang menghiasi
televise adalah hasil dari kamera video. Setiap stasiun televise memiliki
standar video yang layak untuk ditayangkan dalam program acaranya, dengan
demikian untuk memenuhi standar tayangan-tayangan yang berkualitas dibutuhkan
tenaga ahli yang handal dalam mengoperasikan kamera video tersebut.
Untuk memenuhi standar tersebut,
maka kamera professional harus di setiing terlebih dahulu. Ada beberapa langkah
dalam mensetting kamera pofessional agar hasilnya sesuai dengan standar
broadcast. Berikut langkah yang harus dilakukan seorang cameramen sebelum
mengambil gambar sesuai SOP (Standar Operasional Prodecure) :
a.
Pertama-tama masukkan VCR (Video
Cassette Recorder) pada VTR (Video Tape Recorder)
b.
Reset Time Code ke 00.00.00 untuk
mengetahui durasi yang terpakai
c.
Untuk lebih mudah mensetting kamera
video professional dengan mengautokan lalu dipindahkan lagi ke manual setting.
d.
Setting filter color untuk cahaya
kekuningan (dalam ruangan) 3200 derajat Kelvin, untuk cahaya putih (dalam
ruangan) 5000-5600 derajat kelvin, sedangkan untuk di luar ruangan (outdoor)
5600 derajat Kelvin, jika cahaya sangat terik tambahkan filter ND (neutral
density) untuk mengurangi intensitas cahaya kuat yang masuk.
e.
Lakukan WB (White Balance) agar
warna putih yang terekam sesuai dengan keadaan cahaya. WB dapat dilakukan
dengan menzoom kamera ke benda putih di sekitar, lalu blurkan fokus dengan
memutar ring fokus pada lensa (Fokus terlebih dahulu di manualkan), lalu tekan
tombol white balance sampai muncul white balance ok pada view finder / sampai
muncul logo white balance, setelah itu fokuskan kembali pada objek.
f.
Buka dan setting iris agar cahaya
yang masuk sesuai sehingga gambar tidak terlihat flat atau gelap
g.
Yang tidak boleh tertinggal adalah
setiing audio level jangan sampai under atau over
h.
Kamera siap untuk digunakan.
2.
Proyektor
Proyektor adalah sebuah alat optik yang
digunakan untuk menampilkan gambar disebuah layar proyeksi atau permukaan
serupa. Proyektor film merupakan frame berturut-turut proyek dari kumparan
untuk membuat film gambar bergerak. Namun pada saat ini proyektor film sudah
tidak digunakan lagi. Di dalam dunia tekhnologi sekarang sudang banyak yang
menggunakan proyektor digital. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa
proyektor digital memiliki beberapa kelebihan dibandingkan proyektor film.
Diantaranya adalah tanpa gores, tak perlu waktu jeda dalam pemutaran,
distribusi film lebih mudah dan murah. Kedepan diperkirakan semua bioskop akan
meninggalkan proyektor film dan berimigrasi menggunakan proyektor digital.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Berkat kemajuan teknologi, dunia
perfilman semakin banyak kemajuan. Baik dalam kualitas jalan cerita maupun
kualitas gambar serta efek-efek yang disertakan. Misalnya banyak film-film animasi telah berkembangan dan
digemari mulai dari anak kecil hingga orang dewasa. Efek visual yang dihasilkan hampir
terlihat seperti aslinya, terutama ketika efek animasi menampilkan gambar berupa
pemandangan alam. Kini banyak produsen film yang menghasilkan film animasi.
Dengan biaya yang tidak terlalu mahal dan peralatan yang tidak rumit, dapat
menghasilkan karya film yang menakjubkan.
3.2
Saran
Kecanggihan
tekhnologi zaman sekarang hendaknya dimanfaatkan dengan baik. Salah satunya
dalam pembuatan film. Di dalam pembuatan film banyak sekali tekhnologi yang
bisa kita pakai. Sebelum menggunakan dan memanfaatkannya, sebaiknya kita
mengetahui terlebih dahulu cara menggunakan alat tersubut. Dan dampak apa saja
yang bisa ditimbulkan apabila penggunaannya tidak tepat.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar