Laman

Rabu, 06 Mei 2015

Perkembangan Teknologi



BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
          Sebenarnya Teknologi sudah ada sejak jaman dahulu, yaitu jaman romawi kuno. Perkembangan teknologi berkembang secara drastis dan terus berevolusi hingga sekarang. Hingga menciptakan obyek-obyek, teknik yang dapat membantu manusia dalam pengerjaan sesuatu lebih efisien, cepat dan menghasilkan suatu karya yang indah. Teknologi canggih saat ini berkembang pesat, salah satunya dibidang perfilman.
          Diera globalisasi sekarang ini banyak sekali perfilman dengan kecanggihan teknologi luar biasa dibandingkan dengan jaman dahulu. Seiring berkembangnya dunia perfilman, semakin banyak film yang diproduksi dengan corak yang berbeda-beda. Secara garis besar, film dapat diklasifikasikan berdasarkan cerita, orientasi pembuatan dan berdasarkan genre.

1.2              Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sejarah perkembangan teknologi film ?
2.      Bagaimana kecanggihan teknologi film masa kini ?
3.      Apa saja software pendukung yang biasa digunakan dalam pembuatan film 3D ?
4.      Apa saja hardware yang digunakan dalam pembuatan film ?

1.3        Tujuan
   Untuk mengetahui bagaimana kecanggihan teknologi dalam pembuatan  sebuah film serta untuk mengetahui apa saja software dan hardware yang diguanakan dalam pembuatan sebuah film.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1         Sejarah Perkembangan Teknologi Film
          Menurut kamus besar bahasa indonesia, film dapat di artikan dalam dua pengertian. Yang pertama, film merupakan sebuah selaput tipis berbahan seluloid yang digunakan untuk menyimpan gambar negatif dari sebuah objek. Yang kedua, film diartikan sebagai lakon atau gambar hidup. Dalam konteks khusus, film diartikan sebagai lakon hidup atau gambar gerak yang biasanya juga disimpan dalam media seluloid tipis dalam bentuk negatif. Meskipun kini film bukan hanya dapat di simpan dalam media selaput seluloid saja. Film dapat juga disimpan da di putar kembali dalam media digital.
          Film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik, dan/atau lainnya.
          Berkat kemajuan teknologi, dunia perfilman semakin banyak kemajuan. Baik dalam kualitas jalan cerita maupun kualitas gambar serta efek-efek yang disertakan. Pembuatan film juga semakin mudah dilakukan, bahkan kita sebagai orang awam dapat membuat suatu film dengan peralatan seadanya.
          Sejarah perkembangan film dimulai sejak ditemukanya gambar bergerak yang didemonstrasikan oleh Eadweard Muybridge dari Stanford University dengan membuat 16 gambar atau frame kuda yang sedang berlari. Kejadian ini terjadi pada tahun 1878. Dari ke-16 gambar kuda yang sedang berlari ini dirangkai dan digerakkan secara berurutan menghasilkan gambar bergerak pertama yang berhasil dibuat di dunia. Dari sinilah ide membuat sebuah film muncul. Sepuluh tahun setelah penemuan gambar bergerak (1888), barulah muncul film (bukan sekedar gambar bergerak) pertama di dunia, paling tidak mendekati konsep film-film yang sudah ada saat ini. Film ini dikenal dengan nama Roundhay Garden Scene yang di’sutradarai’ oleh Louis Le Prince yang berasal dari Prancis. Film berdurasi sekitar 2 detik ini menggambarkan sejumlah anggota keluarga Le Prince sedang berjalan-jalan menikmati hari di taman.
          Kira-kira pada tanggal 28 Desember 1895, lumiere bersaudara (frere) yaitu Louis dan Augustemempertunjukan cinematograph untuk pertama kalinya kepada masyarakat paris di sebuah cafe hanya dengan membayar 1 franc. Jadi hingga saat ini hal itulah yang dianggap menjadi hari dimana sebuah sinema itu ada. Pada awalnya film berupa gambar hitam putih, tanpa suara. Namun seiring berkembangnya teknologi, kini film telah hadir dengan banyak warna dan suara. Tidak hanya itu, kualitas gambar yang dihasilkan juga semakin bagus. Penambahan efek semakin halus. Saat ini telah banyak industri perfilman yang menghasilkan film dengan format 3D, sehingga kita dapat menikmati film secara lebih nyata. Jalan cerita film tidak lagi kaku seperti dulu. Jalan cerita lebih variatif dan cerdas, baik menceritakan kejadian fiktif maupun kisah nyata. Hal ini mampu membuat penonton terbawa dalam alur cerita yang disajikan dalam film tersebut. Kualitas suara semakin bagus dengan adanya teknologi digital sound.
          Film-film animasi telah banyak perkembangan. Efek visual yang dihasilkan hampir terlihat seperti aslinya, .Terutama ketika efek animasi menampilkan gambar berupa pemandangan alam. Kini banyak produsen film yang menghasilkan film animasi. Dengan biaya yang tidak terlalu mahal dan peralatan yang tidak rumit, dapat menghasilkan karya film yang menakjubkan.
Sejarah film tidak bisa lepas dari sejarah fotografi. Dan sejarah fotograf tidak bisa lepas dari peralatan pendukungnya, seperti kamera, kamera pertama di dunia di temukan oleh seorang ilmuwan muslim, Ibnu Haitham. Fisikawan ini pertama kali menemukan kamera Obscura dengan dasar kajian ilmu optik menggunakan bantuan energi cahaya matahari. Mengembangkan ide kamera sederhana tersebut, mulai ditemukan kamera-kamera yang lebih praktis, bahkan inopasinya demikian pesat berkembang sehingga kamera mulai bisa digunakan untuk mereka menggambar gerak. Ide dasar sebuah film sendiri, terpikir secara tidak sengaja. Setelah penemuan gambar bergerak Muybridege pertama klalinya inovasi kamera mulai berkemang ketika Thomas Alfa Edison mengembangkan fungsi kamera gambar biasa menjadi kamera yang mampu mereka gambar gerak, sehingga kamera ini mulai bisa mereka objek yang bergerak dinamis. Maka dimulailah era baru sinematografi yang ditandai yang diciptakannya sejenis film dokumentar singkat oleh Lumiere bersaudara. 
2.2         Kecanggihan Teknologi Film Masa Kini
1.      Teknologi 3D (tiga dimensi)
         Teknologi 3D ada melengkapi kebutuhan para khalayak. Khalayak dapat menonton sesuatu seperti melihat/merasakan apa yang sedang terjadi didalam film tersebut (seperti masuk kedalam situasi sebenarnya). 3D tv adalah salah satu perkembangan terbaru dari teknologi televisi digital. Terdapat 2 teknologi dari 3D dari televisi, yaitu anaglyphic dan electro-optical. Sebagian besar dari pecinta film sudah pamiliar dengan proyeksi anaglyphic dimana kedua mata kanan dan kiri memproyeksi informasi pada screen pada waktu yang sama. Teknologi ini sangat diminati khalayak, termasuk masyarakat indonesia.
         Pada saat para penonton film 3D harus mengenakan kacamata polarisasi agar mereka dapat melihat efek tiga dimensi dari film yang mereka lihat. Perkembangan juga terjadi pada pembuatan kacamata 3D yang digunakan.  Dalam film Avatar kacamata polarisasi merupakan sebuah perkembangan dalam film 3D. Sebelumnya, kacamata yang digunakan hanya menggunakan kacamata berlensa merah dan hijau. Berbeda dengan kacamata untuk menonton film 3D, kacamata polarisasi terlihat bening sama seperti kacamata biasa.
         Film 3D menggunakan teknologi capture information, cara membuatnya dengan menggunakan komputerisasi dari image aksi manusia yang sesungguhnya. Film ini memungkinkan menggunakan studio yang merupakan perumpamaan dari tempat dimana setting cerita dilakukan. Beberapa sutradara membuat film 3D (tiga dimensi) dengan menggunakan kamera film dengan teknologi terbaru yang bias menghasilkan gambar stereoscopic 3D.
         Gambar stereoscopic merupakan gambar dimana ketika kita melihat pada layar maka seolah-olah kita merasa bahwa gambar tersebut sangat dekat. Metode pengambilan gambar 3D stereoscopic pertama kali ditemukan oleh Sir Charles Wheatstone pada tahun 1840. Stereoscopy digunakan banyak dalam photogrammetry serta didalam dunia entertainment melalui produksi stereograms.
Software Pendukung yang Biasa Digunakan dalam Pembuatan Film 3D
a)      3D Studio Max 7.0
Merupakan software grafik yang memadukan antara Graphic Vector dengan Raster Image, untuk menghasilkan hasil rancangan Virtual Reality atau mendekati keadaan yang sebenarnya.
b)      Adobe After Effects 7.0
Digunakan untuk membuat berbagai efek pada sebuah animasi.
c)      Adobe Premiere Pro 2.0
Adalah seri terbaru dari Adobe Premiere. Adobe Premiere Pro 2.0 merupakan program yang sangat popular dalam dunia editing film. Dibuat oleh perusahaan software yang terkenal, yaitu Adobe. Adobe Premiere Pro 2.0 dibuat untuk melakukan editing film dan juga untuk membuat animasi video digital.
d)     Adobe Photoshop 9.0
Software editing image yang sangat popular. Dibuat dengan fitur lengkap sehingga menghasilkan karya image yang lebih handal.
Selain kamera Virtual, James Cameron juga punya kamera jenis baru yang canggih, namanya Fusion 3D Camera. Artinya sih hanya Fusion Camera, namun James Cameron memodifikasi kamera tersebut hingga menghasilkan teknologi 3D Fusion Camera. Dengan begitu, kamera bukan hanya mampu menangkap adegan dengan kualitas gambar beresolusi tinggi, tapi juga format 3D makin detil. 3D Fusion Camera ini terdiri dari 2 kamera yang digabung menjadi satu. Kamera ini bisa dibawa kemana-mana oleh Cameron saat syuting sedang berlangsung. Cara kerja kamera 3D sama dengan cara kerja mata manusia, kawan! Jadi sudut pandang lensa bisa didekatkan untuk fokus ke obyek yang dekat dan begitu juga sebaliknya. Hasilnya, gambar jadi lebih nyata!

Syuting Canggih Dengan Sensor
Kegiatan syuting film Avatar boleh dibilang canggih, lho! Suku Na’vi dalam film Avatar enggak dibuat begitu aja lewat efek komputer. Gerakan yang dilakukan suku Na’vi ini benar-benar dilakukan oleh aktor yang terlibat di filmnya. Para aktor melakukan adegan yang direkam oleh 140 kamera digital, kawan! Aktor juga dipasangi banyak kamera yang sangat sensitif di tubuhnya, sehingga mampu menangkap gerakan aktor sedetil mungkin, termasuk memakai kamera kecil yang diletakan di kepala untuk bisa merekam berbagai ekspresi wajah dan gerakan di muka. Alhasil, ekspresi muka para aktor akan terlihat sama dengan ekspresi suku Na’vi. Saat beradegan tidur pun, Sam Worthington yang jadi pemeran Jake Sully tetap memakai kamera tersebut. Hal ini dilakukan tentunya untuk mendapatkan ekspresi muka Na’vi yang lebih maksimal. Kamera itu kemudian akan mengirimkan data yang terekam ke komputer pusat. Karena direkam dengan banyak kamera, alhasil sudut pengambilan gambar pun jadi banyak. 
Cameron bisa melihat semua bagian yang direkam menggunakan kamera virtual. Dari alat canggih ini dia memilih sudut pandang gambar yang disukai. Serunya lagi, saat aktor sedang melakukan adegannya, pada saat yang bersamaan di dalam layar kamera virtual Cameron justru sudah terlihat suku Na’vi yang sedang melakukan adegan.
Kok bisa, ya? Saat syuting adegan tersebut, aktor yang berperan dalam film ini memakai pakaian yang dilengkapi dengan sensor. Sensor ini untuk mendeteksi gerakan. Hasil rekaman dari sensor ini digunakan sebagai dasar gerakan suku Na’vi dalam Avatar. Oya, selain itu di layar kamera virtual juga akan langsung terlihat setting tempat seperti Pandora. Padahal pada kenyataannya enggak. Wuih, keren! 

2.      Teknologi CGI (computer Generated Imagery)
            Aplikasi computer grafis yang diguanakan adalah Computer Generated Imagery (CGI). Beberapa software dari CGI yang popular atau sering digunakan antara lain Maya, Blender, Art Of Illusion, dll. CGI adalah penerapan bidang computer grafis, atau lebih khusus, grafis 3D untuk efek khusus dalam film, program televisi, iklan dan simulasi umumnya, dan media cetak. Dengan perangkat lunak ini bias diciptakan gambar 3D lengkap dengan berbagai efek yang dikehendaki. proses pengerjaan gambar baik itu animasi maupun spesial efek yang dikerjakan dengan komputer berteknologi canggih. Sehingga hasil kerjanya terlihat halus, serta bisa menyatu dengan potongan gambar lain dalam sebuah film.

         Aplikasi CGI ini memberikan kualitas grafis yang sangat tinggi dengan efek yang lebih terkontrol daripada metode konvensional seperti membuat miniatur untuk pembuatan adegan kecelakaan yang dramatis atau menambah aktor figuran untuk menggambarkan suasana keramaian penuh sesak.
Teknologinya pun berkembang sehingga memungkinkan dalam sebuah adegan berbahaya, sang aktor digantikan oleh aktor ciptaan komputer dengan perbedaan yang tidak kentara. Figuran yang diciptakan dengan komputer seperti pada triloginya Peter Jackson, ”Lord of The Ring”, pun banyak dipakai untuk menciptakan adegan keramaian penuh sesak, tentu dengan bantuan perangkat lunak simulasi.
Salah satu efek CGI dalam film yang kurang dikenal, namun penting, adalah digital grading. Dengan efek ini warna asli hasil shooting direvisi menggunakan perangkat lunak untuk memberikan kesan sesuai dengan skenario. Contohnya wajah Sean Bean (pemeran Boromir) dalam ”The Lord of the Rings: the Two Tower” ketika mati dibuat lebih pucat. Jadi, tidak dengan trik kosmetik, tetapi dengan polesan komputer.
Lantas, bagaimana dengan mimik wajah yang bisa mengekspresikan perasaan haru, sedih, ataupun gembira pada tokoh ciptaan komputer? Dalam pembuatannya, animasi komputer mengkombinasikan vektor grafik dengan pergerakan yang sudah terprogram. Bagian-bagian utama seperti pada wajah, tangan, kaki, dll terdiri dari sejumlah variabel animasi yang akan dikendalikan dengan pemberian nilai tertentu untuk menampilkan ekspresi atau mimik wajah yang dikehendaki.
Tokoh Woody dalam ”Toy Story” terdiri dari 700 variabel animasi dengan 100 variabelnya sendiri untuk wajahnya saja. Jadi, tidak heran berbagai ekspresi wajah seperti tertawa, terkejut, dan sedih bisa dibuat dengan mempermainkan 100 variabel tadi.
3.      Teknologi 4D (empat dimensi)
Dalam pembuatan animasi 3D kita bisa memakai bermacam-macam software 3D salah satunya CINEMA 4D 
Cinema 4D adalah software yang lengkap, untuk membuat animasi 3D dan relatif mudah digunakan dan tingkat kualitasnya bagus dan animasinya hampir seperti nyata 
Dalam dunia grafis ada software komersial yang bernama Cinema 4D, software ini di ciptakan oleh perusahaan Maxon yang ada di
jerman. Software grafis ini termasuk dalam high-end 3D computer graphics, dengan kemampuan polygonal/subd modelling, animating, lighting, texturing dan rendering, software ini di gunakan oleh banyak perusahaan film untuk membuat film film berkualitas tinggi
         4D pun kerap berkembang di dunia-dunia yang sedang berkembang. 4D sangat diminati masyarakat, walaupun tidak dapat dinikmati di rumah. Dengan menonton 4d, orang akan lebih merasakan apa yang terjadi pada film tersebut karena 4D dikung oleh proyeksi lain yang bersentuhan dengan tubuh kita, seperti simulator atau cpratan air. Perkembangan jaman ini secara nyata membantu kita untuk lebih mengerti tentang sesuatu dan alur informasi menjadi lebih cepat.
         Cara sederhana untuk membuat efek pada suatu film, kita dapat menggunakan 3D Max, lightwave, Cinema 4D, Maya, atau software yang gratis seperti Blender. Software tersebut sebenarnya merupakan software 3D modelling yang juga bisa untuk animasi. Selain software diatas ada beberapa software yang memang khusus untuk keperluan animasi & visual effect movie yaitu Vue, Bryce, Poser, dan DAZ Studio. Setelah animasi dan visual effect selesai selanjutnya dilakukan kombinasi atau penggabungan antara visual effect yang biasa disebut compositing. Software yang digunakan bisa dengan Apple Shake, Adobe After Effects, Autodesk Combustion, D2 Software Nuke, Eyeon Digital Fusion, Jahshaka. Namun untuk hasil yang lebih real atau nyata bisa menggunakan platform yang mengkombinasikan solusi software & hardware. Platform tersebut bisa dengan Autodesk Inferno, Autodesk Flame, dan Autodesk Flint.
         Kini format film beserta kecanggihan yang disertakan tidak hanya dapat kita nikmati melalui layar besar bioskop, tetapi juga dapat kita nikmati pula dalam format VCD ataupun DVD. Dengan menggunakan peralatan home theater, kita dapat menikmati film dirumah dengan kualitas seperti dibioskop. Munculnya film-film animasi yang mana itu adalah hasil karya dari kecanggihan teknologi komputer. Alat-alat produksi seperti kamera, komputer dll memiliki ukuran yang semakin kecil dan semakin canggih sehingga memudahkan dalam pembuatan film.
Screen shoot Cinema 4D

Cinema 4D untuk Pembuatan Konsep Visual Promotheus
Cinema 4D, melalui tangan digital artist Steven Messing, ikut berpartisipasi dalam produksi film besutan Twentieth Century FOX, Prometheus. Software keluaran Maxon ini digunakan dalam proses pembuatan konsep dan desain dalam visual effect dalam film tersebut.
Steven Messing adalah penguna C4D veteran, berperan sebagai Visual Effect Art Director di bawah supervisi Production Designer film Promotheus, Arthur Max. Messing bertanggung jawab dalam membuat desain set bangunan, environtment, kostum dan pesawat luar angkasa yang digunakan dalam filim sci-fi tersebut. Selain itu, Messing juga membuat matte painting pada film Promotheus tersebut. Film-film lainnya dimana Steven Messing pernah terlibat adalah film Avatar, Alice in Wonderland, Transformers: Dark of the Moon serta judul film  yang akan datang, Life of Pi, Star Trek dan Pirates of the Caribbean 5.




Prometheus, disutradarai oleh sutradara yang juga membuat film Alien dan Blade Runner, Ridley Scott, menceritakan kisah mitologis tentang sebuah tim penjelajah yang melakukan perjalanan menembus alam semesta dengan pesawat ruang angkasa bernama “Prometheus” untuk menyelidiki bentuk kehidupan asing. Ketika tim ilmiah tersebut terdampar di sebuah planet asing, mereka berjuang untuk bisa bertahan hidup, bertempur dalam peperangan yang mengerikan untuk menyelamatkan nyawa mereka sendiri, dan masa depan umat manusia.
Kapabilitas Real-time C4D terbukti sangat bermanfaat bagi Messing yang bertugas merancang dan mendefinisikan ulang potongan set kompleks dari film Alien pertama dengan kualitas visual kontemporer yang tetap bisa menarik bagi penonton film saat ini. Tugas Messing termasuk merancang model CG untuk Prolog dan pesawat luar angkasa Juggernaut, set ruang pilot yang terletak di dalam kapal Juggernaut dan bangunan yang berada di permukaan planet aliens tersebut. Steven memproduksi sekitar 200 gambar untuk  film ini, termasuk matte paintings, key-frame story boards, set designs dan visual effects paint-overs pada final CG shots.
Messing menghabiskan waktu berminggu-minggu untuk menyempurnakan model CG yang menggunakan UV texture displacement maps dan modul MoGraph untuk membuat set ruang pilot yang baru. Termasuk juga menciptakan skala model pusat ruang pilot, meja konsol, kapsul tidur dan dinding kamar. Bersama seorang desainer lainnya, Ben Procter, Messing juga membantu memperbaiki kursi pilot yang muncul dari tengah panggung yang ada di Juggernaut tersebut.
“Kami mencari referensi dari arsip akademis untuk membuat kursi tersebut seakurat mungkin,” jelas Messing “Tapi desain aslinya telah hilang. Dan itu benar-benar pekerjaan yang menuntut dedikasi untuk menciptakan seluruh rangkaian ini. Menggunakan C4D menjadi pilihan utama sebagai perangkat lunak yang memberi kami solusi yang sangat fleksibel untuk previsualizing dan bereksperimen dengan elemen desain yang sangat rumit, detail tekstur permukaan dan pola-pola untuk dipresentasikan kepada Ridley Scott dalam jadwal kerja yang sangat ketat.”
“Desain final yang telah selesai kemudian dengan mudah diekspor ke geometry dengan skala yang akurat, dalam object model yang detail untuk kemudian digunakan  di studio efek visual seperti MPC di London dan Weta di Selandia.”
C4D juga digunakan dalam shoot pembuka film Prometheus yang memberikan penonton gambaran sekilas tentang bumi. “Lapisan planet merupakan kombinasi awan, lautan, dan daratan benua. “jelas Messing.” Saya menggunakan Global illumination engine and ray traced area shadows untuk mendapatkan efek realistic layered dengan skala yang akurat.” Messing juga menciptakan elemen-elemen untuk menciptakan tampilan permukaan planet alein yang sangat detail.***





2.3         Hardware yang Digunakan dalam Pembuatan Film
1.      Camera Digital (Kamera Video Profesional)
Kamera video mungkin sudah tidak asing lagi terdengar di telinga kita. Film, iklan, berita yang menghiasi televise adalah hasil dari kamera video. Setiap stasiun televise memiliki standar video yang layak untuk ditayangkan dalam program acaranya, dengan demikian untuk memenuhi standar tayangan-tayangan yang berkualitas dibutuhkan tenaga ahli yang handal dalam mengoperasikan kamera video tersebut.
Untuk memenuhi standar tersebut, maka kamera professional harus di setiing terlebih dahulu. Ada beberapa langkah dalam mensetting kamera pofessional agar hasilnya sesuai dengan standar broadcast. Berikut langkah yang harus dilakukan seorang cameramen sebelum mengambil gambar sesuai SOP (Standar Operasional Prodecure) :
a.       Pertama-tama masukkan VCR (Video Cassette Recorder) pada VTR (Video Tape Recorder)
b.      Reset Time Code ke 00.00.00 untuk mengetahui durasi yang terpakai
c.       Untuk lebih mudah mensetting kamera video professional dengan mengautokan lalu dipindahkan lagi ke manual setting.
d.      Setting filter color untuk cahaya kekuningan (dalam ruangan) 3200 derajat Kelvin, untuk cahaya putih (dalam ruangan) 5000-5600 derajat kelvin, sedangkan untuk di luar ruangan (outdoor) 5600 derajat Kelvin, jika cahaya sangat terik tambahkan filter ND (neutral density) untuk mengurangi intensitas cahaya kuat yang masuk.
e.       Lakukan WB (White Balance) agar warna putih yang terekam sesuai dengan keadaan cahaya. WB dapat dilakukan dengan menzoom kamera ke benda putih di sekitar, lalu blurkan fokus dengan memutar ring fokus pada lensa (Fokus terlebih dahulu di manualkan), lalu tekan tombol white balance sampai muncul white balance ok pada view finder / sampai muncul logo white balance, setelah itu fokuskan kembali pada objek.
f.       Buka dan setting iris agar cahaya yang masuk sesuai sehingga gambar tidak terlihat flat atau gelap
g.      Yang tidak boleh tertinggal adalah setiing audio level jangan sampai under atau over
h.      Kamera siap untuk digunakan.

2.      Proyektor
         Proyektor adalah sebuah alat optik yang digunakan untuk menampilkan gambar disebuah layar proyeksi atau permukaan serupa. Proyektor film merupakan frame berturut-turut proyek dari kumparan untuk membuat film gambar bergerak. Namun pada saat ini proyektor film sudah tidak digunakan lagi. Di dalam dunia tekhnologi sekarang sudang banyak yang menggunakan proyektor digital. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa proyektor digital memiliki beberapa kelebihan dibandingkan proyektor film. Diantaranya adalah tanpa gores, tak perlu waktu jeda dalam pemutaran, distribusi film lebih mudah dan murah. Kedepan diperkirakan semua bioskop akan meninggalkan proyektor film dan berimigrasi menggunakan proyektor digital.


BAB III
PENUTUP

3.1         Kesimpulan
               Berkat kemajuan teknologi, dunia perfilman semakin banyak kemajuan. Baik dalam kualitas jalan cerita maupun kualitas gambar serta efek-efek yang disertakan. Misalnya banyak film-film animasi telah berkembangan dan digemari mulai dari anak kecil hingga orang dewasa. Efek visual yang dihasilkan hampir terlihat seperti aslinya, terutama ketika efek animasi menampilkan gambar berupa pemandangan alam. Kini banyak produsen film yang menghasilkan film animasi. Dengan biaya yang tidak terlalu mahal dan peralatan yang tidak rumit, dapat menghasilkan karya film yang menakjubkan.
3.2         Saran
Kecanggihan tekhnologi zaman sekarang hendaknya dimanfaatkan dengan baik. Salah satunya dalam pembuatan film. Di dalam pembuatan film banyak sekali tekhnologi yang bisa kita pakai. Sebelum menggunakan dan memanfaatkannya, sebaiknya kita mengetahui terlebih dahulu cara menggunakan alat tersubut. Dan dampak apa saja yang bisa ditimbulkan apabila penggunaannya tidak tepat.










DAFTAR PUSTAKA



Tidak ada komentar:

Posting Komentar